Rabu, 25 Februari 2015

Kasih Ibu Sepanjang Masa

Ingat lagu ini?

Kasih ibu, kepada beta..
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

Masih ingat? Mungkin jawabannya, belakangan ini tidak.
Berjalannya waktu, serta sibuknya pencarian jati diri dan tempat saya di masyarakat tanpa disadari terkadang membuat saya lupa betapa besarnya arti kehadiran dan peranan ibu dalam hidup saya. Dunia masa kecil yang memang rasanya jauh lebih kecil dan sederhana daripada masa penjajakan menuju dewasa yang saat ini sedang saya tempuh (dan terkadang dengan susah payah), kerap kali membuat saya lupa menghargai ibu saya yang juga mulai menua.

Dulu, dimasa kecil, dialah ratu hidup saya. Pagi, siang dan malam di masa kecil saya habiskan untuk menunggunya pulang kantor, menyambut klakson mobilnya dengan girang tiada tara, puas karena penantian seharian terbalas dengan senyumnya yang menjadi sumber kenyamanan hati ini, tanpa tanda-tanda lelah diajaknya saya berkeliling gang kompleks rumah barang dua atau tiga kali putaran. Hati anak kecil saya yang kurang peka waktu itu, tidak melihat lebih dalam daripada kesenangan, tapi kini setelah merasakan sibuknya kuliah dan hari yang dipenuhi kegiatan dari pagi hingga malam, saya mulai dapat membayangkan, betapa lelahnya ibu saya, dan betapa besarnya rasa letih yang setiap hari dia abaikan dulu, demi memuaskan saya yang minta diajak 'keliling'.

Ibu saya memang selalu sibuk bekerja, dan dia baik dalam pekerjaannya. Saya mengagumi dia, terlebih ketika saya tahu, amat sangat banyak andil dan pengorbanan yang dia lakukan untuk membangun keluarga ini, dengan kata lain, membesarkan saya dan adik. Tak dapat saya pungkiri dengan segenap penyesalan, bahwa saya adalah anak yang egois. Lama setelah hari-hari yang saya habiskan di masa kecil menanti klakson mobilnya di ruang depan (bahkan kadang teras rumah), saya tumbuh lebih dan lebih tak acuh terhadapnya. Ya, kini saya punya dunia sendiri, dan dia rasanya amat jauh dari dunia saya. Tidak saya sadari sama sekali, bahwa ternyata dia selalu ada, dia tetap ibu saya yang dengannya saya memiliki memori indah masa kecil yang tak ternilai harganya, dan akan selalu saya simpan seumur hidup saya. Bahkan ditengah perjuangannya melewati hari demi hari bersama penyakitnya, ternyata tak sedikitpun rasa pedulinya berkurang terhadap saya.


Saya tidak akan mengatakan bahwa kami memiliki hubungan ibu-anak yang sempurna luar biasa, namun apa yang kami lewati, arti ibu saya bagi saya, tidak dapat saya jelaskan dengan kata-kata. Dialah panutan saya, orang yang saya kagumi, seseorang yang saya harap, suatu ketika nanti, saya dapat menjadi seperti dirinya, punya hati selapang dirinya. 

Sewaktu kecil saya tidak begitu memahami arti lagu Kasih Ibu yang kerap saya nyanyikan di kelas ketika TK, namun sekarang, setelah bertahun-tahun berlalu, saya menyadari makna lagu itu dengan pemahaman saya sendiri, dengan pengalaman manis pahitnya hidup yang saya lewati bersama ibu saya selama 20 tahun, dan akhirnya saya paham, bahwa ibu saya akan selalu ada bersama saya, sekarang dan selama saya hidup di dunia, dia akan selalu jadi ratu di hati saya.